
- Sikap PDHI Terhadap PMK di Indonesia
- PERJALANAN PANJANG MENUNGKAP DNA SEBAGAI UNSUR KEHIDUPAN
- PIL PAHIT MENJELANG IDUL QURBAN
- CERPEN FIKSI (BAGIAN KE-2) CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
- CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
- MENCARI BERBAGAI OBAT ANTIVIRUS: SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI PANDEMI MENDATANG
- Audiensi Ketua PBPDHI Dengan Walikota Palembang
- MENGENAL AAPRP YANG MULTIGUNA: DAPATKAH MENYEMBUHKAN PENDERITA COVID-19
- Penyerahan Bantuan Telur Dari PDHI Dan Kagama Kepada Universitas Tamansiswa Palembang
- TOKOH NASIONAL DIES NATALIS UGM ke 72, FKH ke 75 dan HUT RI ke 76.


CERPEN
FIKSI (BAGIAN PERTAMA)
CUCU SAHABTKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
Oleh:
Sjamsul Bahri
Baca Lainnya :
- MENCARI BERBAGAI OBAT ANTIVIRUS: SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI PANDEMI MENDATANG
- MENGENAL AAPRP YANG MULTIGUNA: DAPATKAH MENYEMBUHKAN PENDERITA COVID-19
- Penyerahan Bantuan Telur Dari PDHI Dan Kagama Kepada Universitas Tamansiswa Palembang
- PERAN IVERMECTIN DALAM PERJUANGAN MELAWAN PANDEMI COVID 19 DI INDONESIA
- IVERMECTIN OBAT AJAIB
Alumni FKH-IPB 1978
Ketemu Teman
Lama
Pada suatu hari
dibulan Desember 2019 tanpa disangka-sangka saya bertemu dengan seorang teman
lama ketika kami pada awal tahun 1960-an masih di Sekolah Dasar di
Tanjungkarang yang sekarang menjadi Kota Bandar Lampung. Pertemuan itu terjadi ketika saya menemani
anak dan cucu saya berbelanja di Mal Botani Square Bogor. Ketika itu kami sekeluarga sedang menunggu
pesanan makan siang di rumah makan Hokben, tiba-tiba ada seorang Bapak tua
mendekati saya dan bertanya, ini Sjamsul ya...., belum sempat saya menjawab dia
sudah mengenalkan dirinya bahwa ia adalah Sutomo teman SD di dekat pasar Bambu
kuning Tanjungkarang. Akhirnya saya
ingat karena memang sekolah kami pada waktu itu jumlah muridnya tidak banyak,
dan Sutomo adalah salah satu teman Kelas 6 SD yang lulusan terbaik pertama pada
tahun 1964 sedangkan saya menempati peringkat ke-2 setelah Sutomo, oleh karena
itu saya dengan cepat dapat mengingat beliau walaupun sudah berubah jauh.
Kemudian saya
perkenalkan Sutomo dengan keluarga saya dan demikian juga beliau yang sedang
bersama dengan istri dan anaknya.
Setelah itu kami ngobrol sebentar sambil berdiri, topik pembicaraan adalah
tentang sekolah kami masing-masing setamat SD sampai ke Perguruan Tinggi dan
Pekerjaan kami masing-masing. Rupanya Sutomo setamat SD langsung melanjutkan
sekolah SMP sampai dengan Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Beliau tamatan Sarjana Ekonomi dari UGM dan
akhli akuntansi berpendidikan lanjutan dari Amerika Serikat, dan bekerja
sebagai konsultan diberbagai perusahaan asing dan domestik. Dari segi ekonomi keluarga Sutomo sangat
berkecukupan, demikian juga dengan putra tunggalnya adalah sarjana Teknik Perminyakan
lulusan ITB yang bekerja di perusahaan minyak asing. Namun saya tidak melihat
ada anak kecil atau anak remaja bersama
mereka, dan ketika saya bertanya berapa cucunya, terlihat beliau agak bersedih
dan hanya menjawab bahwa cucunya baru satu.
Akhirnya karena pesanan makanan kami masing-masing telah datang, kamipun
berpisah dan berjanji untuk mengobrol kembali dilain kesempatan sambil bertukar
kartu nama. Rupanya beliau juga tinggal di Bogor disalah satu
komplek perumahan Mewah Villa Duta berdasarkan alamat di kartu nama yang
diberikan kepada saya.
Kisah
mengharukan keluarga Sutomo
Seminggu setelah
pertemuan kami, Sutomo menghubungi saya untuk ngobrol-ngobrol sambil makan
siang di salah satu restoran. Kali ini
kami hanya berdua saja, rupanya Sutomo masih ingin bernostalgia tentang
masa-masa kami sekolah di SD tahun 1960-an dan cerita tentang perjalanan
sekolah serta karier kami masing-masing selama ini. Beliau sendiri juga tidak
pernah mendengar keberadaan saya karena memang teman-teman kami hanya sedikit
sehingga sulit mengetahu keberadaan teman-teman lainnya. Sedangkan Sutomo sendiri sudah tidak
mempunyai keluarga lagi di Lampung karena ia memang anak tunggal kelahiran Jawa
Tengah dan ikut dengan orang tuanya ke Lampung pada awal tahun 1960-an sebagai
transmigran.
Dalam obrolan
kami, Sutomo sempat menceritakan musibah yang menimpa cucu tunggalnya ketika
umur 9 tahun wafat akibat menderita penyakit langka, sehingga ia merasa
kesepian karena hanya hidup berdua dengan istrinya, sedangkan anak dan menentunya
sudah mempunyai rumah sendiri. Sutomo
menceritakan hanya mempunyai satu anak bernama Dedy Sutomo, dan Dedy juga hanya
memiliki satu anak (cucu) tunggal bernama Dina Sutomo. Pada waktu Dina berumur 3 tahun, Dedy Sutomo
mengalami sakit kanker disekitar prostat sehingga sempat menjalani terapi
radiasi yang harus dilakukan selama berkali-kali. Alhamdulillah sel kanker Dedy berhasil
dilumpuhkan dengan terapi tersebut sehingga Dedypun dinyatakan sembuh.
Sutomo dan Retno
istrinya rupanya menginginkan Dedy mempunyai anak lagi agar Dina cucu satu
satunya ada temannya, namun sampai Dina berumur 8 tahun, Dini istrinya Dedy
masih juga belum hamil kembali, sehingga merekapun berobat dan berkonsultasi
dengan dokter akhli dibidang reproduksi.
Betapa terkejutnya Dedy ketika hasil pemeriksaan dokter akhli andrologi
dan akhli kandungan mengatakan bahwa Semen/sperma Dedy tidak mengandung sel
spermatozoa sama sekali, padahal diawal sebelum Dedy sakit, produksi spermanya
normal dan itu dibuktikan dengan hamilnya Dini dan lahirnya Dina. Akhirnya para dokter berkesimpulan bahwa
kemungkinan efek samping Radiasi untuk pengobatan kankernya adalah
penyebabnya. Cobaan hidup keluarga
Sutomo tidak sampai disitu, karena pada saat Dina berusia 9 tahun mulai
terlihat sering sakit-sakitan, dan setelah dilakukan pemeriksaan yang
komprehensif oleh Tim dokter di Rumah sakit terkenal, ternyata Dina menderita
penyakit langka semacam autoimun yang sulit untuk diobati.
Hasil
pemeriksaan dokter di Singapura juga sama bahwa Dina menderita autoimun dan
akhirnya pada bulan September 2019 Dina menghembuskan nafas terahirnya, ia
kembali kepada sang Khaliq. Tidak dapat
dibayangkan bagaimana sedihnya Sutomo dan istrinya terutama anak dan
menantunya. Menurut cerita Sutomo
kesedihan ini berlangsung cukup lama sampai Dini ibu kandungnya Dina sempat
mengalami depresi yang berkepanjangan.
Baru setelah tiga bulan dari wafatnya Dina, berkat pertolongan seorang
Ustadjah yang sekaligus juga akhli kejiwaan yang secara terus menerus
mendampingi Dini serta mengingatkan bahwa semua yang terjadi pada kita adalah
atas kehendak Allah SWT, kita tidak tahu ada rahasia apa dibalik itu, yang
jelas ini merupakan suatu cobaan dari Allah SWT kepada keluarga Sutomo.
Orang beriman
harus percaya kepada takdir sebagaimana dalam rukun iman
Orang beriman
dan muslim pada umumnya akan mengucapkan Innalillahi wainnailaihi rojiun ketika
ia mengalami musibah yang artinya sesungguhnya kami adalah milik Allah Swt dan
hanya kepadaNyalah kami akan kembali,
segala cobaan yang menimpa seseorang hamba adalah atas kehendak Allah
SWT. Firman Allah SWT ini terdapat dalam
surat Al Baqoroh ayat 156. Ucapan ini
mengandung pesan bahwa seseorang agar tetap sabar, ikhlas dan kuat ketika
tertimpa musibah, cobaan atau ujian.
Didalam Firman Allah SWT lainnya Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut yang artinya setiap yang bernyawa pasti akan
mengalami kematian, dengan atau tanpa sebab, tidak perduli seberapa gigih usaha
kita untuk menghindari kematian tersebut, kematian pasti akan datang pada waktu
yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Kalimat ini terdapat dalam surat Ali Imran ayat 185 dan juga surat
Al-Ankabut ayat 57. Jadi kematian itu adakah suatu ujian bagi orang-orang yang
masih hidup terutama yang terkait langsung dengan orang yang mati, dalam hal
ini kedua orang tua, dan para kerabat dekatnya seperti saudaranya dlsb. Semua
orang beriman pasti tahu hal tersebut, sehingga jangan ada pertanyaan mengapa
musibah ini menimpa anak yang baru berusia 9 tahun, karena mati itu tidak harus
tua, tidak harus sakit dahulu, kapan saja Allah menghendaki pasti akan terjadi.
Oleh karena itu setiap orang beriman harus yakin bahwa Allah SWT sudah
menentukan umur seeorang namun kita tidak tau kapan pastinya.
Dari cerita
musibah dan cobaan yang disampaikan Sutomo, saya dapat merasakan kesedihan yang
dialami teman saya ini, karena tidak mungkin lagi putra tunggalnya Dedy
mempunyai keturunan yang artinya sama saja bahwa tidak ada lagi yang dapat
meneruskan garis keturunan Sutomo. Orang
beriman yakin bahwa itu adalah yang terbaik untuknya, yakinlah bahwa hanya
Allah Azza Wa Jalla saja yang tahu tentang rahasia dibalik itu semua. Walaupun kalau kita yang mengalami hal
seperti ini mungkin memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menerimanya
dengan ikhlas.
Setelah suasana
haru berlalu, Sutomo bertanya kepada saya apakah ada peluang Dedy anaknya dan
Dini menantunya dapat mempunyai anak kembali melalui program bayi tabung
misalnya. Pertanyaan ini disampaikan
kepada saya karena beliau sudah tahu kalau saya memiliki basis ilmu kedokteran
hewan dan biologi reproduksi seperti yang saya ceritakan sebelumnya tentang
latar belakang pendidikan saya. Saya jawab bahwa jika sel spermatozoa Dedy
masih diproduksi walaupun jumlahnya sedikit, hal ini sangat memungkinkan. Tentunya melalui program bayi tabung yang
ditangani akhlinya dengan mengkoleksi spermatozoa Dedy dan dilakukan
fertilisasi/ pembuahan buatan diluar rahim atau fertilisasi in vitro dengan sel
telur/ovum berasal dari Dini. Kemudian setelah
terjadi pembuahan dan zigot atau embrio sudah berbentuk blastosis lalu
dipindahkan ke dalam rahim Dini yang telah dikondisikan melalui pemberian
hormon tertentu untuk siap menerima calon janin tersebut. Namun jika spermatozoa Dedy sama sekali tidak
terbentuk, tampaknya tidak mungkin dilakukan program bayi tabung.
Cerita
kloning pada hewan telah menginspirasi sahabatku
Dalam
pembicaraan kami selanjutnya, saya malah banyak bercerita tentang IPTEK
dibidang Rekayasa Genetik yang belum lama saya baca dari berbagai sumber,
sampai kepada keberhasilan kloning pada berbagai spesies hewan yang diawali
oleh keberhasilan Dr. Ian Wilmut ilmuwan dari Roslin Institute di Edinburgh
Scotlandia dalam menciptakan kloning Domba Dolly pada tahun 1996 sebagai kloning
hewan mamalia pertama di dunia (saya
pernah berkunjung ke Institusi ini pada tahun 1997). Termasuk juga keberhasilan
kloning primata non manusia, yaitu kera
ekor panjang bernama Zhongzhong dan Huahua pada tahun 2017 oleh ilmuwan
China. Setelah saya jelaskan bagaimana
proses penciptaan kloning domba Dolly yang berasal dari inti sel somatik
kelenjar susu seekor domba dewasa yang ditransfer/dimasukkan kedalam sel telur berasal
dari domba betina lainnya yang telah dikosongkan intinya di laboratorium, dan
selanjutnya dengan perlakuan khusus sel telur tersebut berkembang menjadi
zigot, morula dan blastula kemudian baru ditransfer/ ditransplantasikan kedalam
rahim domba betina lainnya sehingga berkembang menjadi embrio, fetus dan
akhirnya lahir sebagai domba yang diberinama domba Dolly. Keberhasilan ini tidaklah mudah dimana Dr.
Ian Wilmut dan koleganya baru berhasil setelah mereka melakukan 227 proses
kloning. Jadi dalam proses kloning ini, embrio yang berkembang tersebut tanpa
adanya keterlibatan sel spermatozoa karena itu disebut proses aseksual.
Keberhasilan
kloning Domba Dolly kemudian diikuti dengan berbagai keberhasilan hewan kloning
lainnya antara lain; kuda yang diberinama “Prometea” dari sel somatik kulit
kuda dewasa pada tahun 2003; Anjing “Snuppy” pada tahun 2005 di Korea Selatan;
Srigala Snuwolf dan Snuwolfy dari sel Punca pada tahun 2005 juga di Korsel; Kera
“Zhongzhng dan Huahua” yang dikembangkan dari sel janin pada tahun 2017 di
China; dan kucing “Garlic” 2.0. pada tahun 2019 di China. Untuk membuat hewan kloning ini memerlukan
biaya yang mahal, misalnya pada kloning kucing Garlic 2.0 dari sel somatik
kucing yang telah mati memerlukan biaya
sebesar Rp495 juta. Untuk kloning pada
hewan, sudah banyak perusahaan komersial yang menerima jasa pemesanan kloning
pada hewan, antara lain kloning hewan kesayangan yang telah mati seperti kucing
“Garlic”, atau kloning hewan unggul baik untuk olah raga, untuk pelacak, dan
untuk kepentingan lain dengan biaya yang cukup mahal sekitar $100.000. Tampaknya
Sutomo sangat interes sekali dengan cerita bahwa kloning dapat dilakukan baik pada
hewan yang masih hidup maupun yang telah mati sepanjang tersedia DNA materi
genetiknya yang masih aktif dari sel somatik yang diawetkan.
Saat itu saya
melihat Sutomo seperti sedang merenung, mungkin sedang memikirkan kemungkinan
melakukan kloning cucunya yang telah meninggal.
Mungkin Sutomo terinspirasi dari keberhasilan kloning pada hewan yang
telah mati (seperti kambing gunung Pyreneal Ibex yang punah tahun 2000 dan
kloning kucing “Garlic” yang telah mati beberapa tahun). Sebagaimana diceritakan dalam dokumen yang
ada bahwa kambing gunung liar Pyrenean Ibex (Capra pyrenaica
pyrenaica) yang hidup di daerah pegunungan di Pyrenees Spanyol dan Perancis yang telah punah pada tahun 2000, namun
sebelum kematian hewan yang terakhir pada 1999 sempat diambil spesimen biologis
antara lain berupa jaringan telinga dan kulit yang diawetkan dalam nitrogen
cair. Pada tahun 2003 ilmuwan Spanyol
dan Perancis mencoba untuk menghidupkan kembali kambing Ibex yang telah punah
tersebut dengan menggunakan kloning seperti domba Dolly. DNA Ibex dalam inti
sel somatik kulit yang diawetkan ini berhasil diisolasi kemudian ditransfer ke
dalam sel telur kambing domestik yang telah dikosongkan intinya. Proses kloning berhasil sampai bayi kambing
Ibex tersebut lahir, namun sayangnya kambing tersebut mati setelah 10 menit
karena gangguan pernafasan/ pada paru-paru.
Kloning yang berasal dari seekor kucing yang telah mati juga berhasil
dilakukan dan lahir hidup sampai sekarang
yang dibernama kucing “Garlic” yang lahir pada 21 Juli 2019 di China. Dalam
hal ini Ilmuwan China berhasil mentransfer Inti sel somatik kucing garlic yang
telah mati ke dalam sel telur asal kucing lain yang telah dikosongkan intinya,
kemudian sel telur ini berkembang menjadi zigot dan embrio dan selajutnya
embrio ini ditransfer ke dalam rahim kucing pengganti yang telah dipersiapkan. Ide
melahirkan kembali kucing “Garlic” yang telah mati ini adalah atas pesanan
sipemilik yang kangen dengan kucing tersebut, dan membayar biaya sekitar
setengah miliar rupiah.
Keinginan Sutomo
untuk mencoba program kloning pada cucunya semakin menguat setelah mengetahui keberhasilan
kloning pada hewan primata yang dekat kekerabatannya dengan manusia yang
dilakukan oleh ilmuwan Cina pada tahun 2017,
dimana mereka berhasil mengatasi permasalahan/ kesulitan yang dialami
oleh ilmuwan lain yang gagal dalam melakukan kloning pada hewan primata. Cerita tentang keberhasilan kloning pada
primata ini rupanya secara diam-diam menguatkan keinginan Sutomo untuk meminta
Dedy agar mencoba program kloning untuk
melahirkan Dina kembali karena diyakininya bahwa materi genetik berupa DNA dari
sel somatik Dina masih tersimpan di laboratorium suatu rumah sakit yang pernah
mengambil sedikit jaringan tubuh Dina melalui proses biopsi. Namun Sutomo tidak
mengemukakan keinginannya ini kepada saya karena ia tau bahwa saya secara tegas
mengatakan bahwa kloning pada manusia walaupun secara teknis bisa dilakukan
tetapi secara etika kedokteran dilarang, apalagi dalam agama islam jelas tidak
diperbolehkan karena sudah mengarah kepada perbuatan yang dilarang agama dan
dosa jika dilakukan. Saya menceritakan
proses kloning ini hanya sebagai informasi kemajuan ilmu pengetahuan saja,
terutama untuk pengembangan dalam terapi atau pengobatan seperti donor organ
asal hewan yang telah dimodifikasi/ diedit gen tertentu sesuai kebutuhan.
Ketika Sutomo
bertanya lebih detail kepada saya bagaimana caranya mengkloning manusia seperti
Dina yang telah setahun meninggal misalnya. Saya coba menjelaskan berdasarkan
pengetahuan teori yang saya ketahui kebetulan saya banyak membacaca tentang
proses kloning yang cukup menarik perhatian ilmuwan dibidang Biologi dan
Kedokteran. Memang secara teori cucu Pak Sutomo, Dina yang telah
meninggal pada tahun 2019 dapat “dilahirkan kembali” melalui proses teknologi
kloning. Sutomopun semakin antusias dan
terus bertanya bagaimana caranya, saya ceritakan bahwa syaratnya masih tersedia
sampel biologis yang selnya masih baik sehingga para akhli dapat mengisolasi
sel somatik yang kemudian DNA nya dapat diisolasi dari inti sel somatik
tersebut. Kemudian sel telur dari Dini
menantunya Pak Sutomo (kebetulan Dini masih usia produktif dan normal sistem
reproduksinya) akan diambil untuk dikeluarkan isi dari nukleusnya. Setelah itu DNA dari sel somatik Dina
dimasukkan kedalam nukleus sel telur Dini yang telah kosong tersebut. Proses
selanjutnya sel telur ini akan menjalani inkubasi sepertihalnya pada proses
bayi tabung dengan perlakuan tertentu.
Jika ini berhasil berkembang menjadi zigot, morula, dan blastula,
nantinya dipindahkan/ ditransfer ke rahim Dini atau wanita lain yang mau
meminjamkan rahimnya untuk mengandung bayi tersebut. Jika proses ini berhasil, maka bayi yang akan
lahir memiliki rupa dan sifat-sifat yang mirip dengan Dina.
Proses seperti
ini yang dilakukan pada penciptaan domba Dolly maupun kloning pada hewan
lainnya termasuk pada primata non manusia yaitu monyet Zhong-zhong dan Huahua
yang lahir pada tahun 2017. Saya bukan
akhli kloning atau akhli rekayasa genetik tetapi penjelasan yang saya kemukakan
ini hanya berdasarkan teori yang saya pahami setelah saya membaca berbagai
tulisan yang menceritakan pristiwa kloning yang terjadi. Tapi saya tegaskan kepada Sutomo jika tujuan
bapak hanya ingin mengkloning cucu bapak sepertihal nya dengan domba Dolly
sebaiknya tidak bapak lakukan. Tetapi mungkin lebih baik Bapak berkonsultasi
dengan mereka untuk kemungkinan memperoleh sedikit sel spermatozoa Deddy dari organ
testesnya dengan memberikan rangsangan atau treatmen tertentu sehingga dapat
dilakukan fertilisasi in vitro dengan sel telur Dini istrinya sehingga dapat
diperoleh bayi tabung secara normal. Selain
itu, saya sarankan agar Pak Sutomo juga berkonsultasi dahulu dengan berbagai ulama
yang mengetahui tentang kloning pada manusia menurut syariat Islam sehinggga
bapak tidak salah jalan.
Sutomo setuju
dengan saran saya bahwa ia akan berkonsultasi dengan para ulama dan para
ilmuwan akhli kloning sehingga ia bertanya lagi dilaboratorium dan negara mana
hal ini dapat dilakukan. Saya katakan
bahwa sudah banyak para ilmuwan dari berbagai negara yang melakukan hal ini
secara profesional bahkan sebagian sudah komersial seperti perusahaan, namun
semuanya pada hewan. Untuk manusia
sebenarnya pada prinsipnya bisa dilakukan apalagi dengan keberhasilan kloning
pada hewan primata non human, namun teriikat dengan etika dan agama yang tidak
membolehkan hal ini dilakukan. Etika
dibidang kedokteran sampai saat ini tidak membolehkan mengkloning manusia. Jangan lagi kloning, mengedit sedikit gen saja
pada embryo manusia seperti yang dilakukan Dr. He Jiankui akhli Rekayasa
Genetik dari China yang telah melakukan editing gen pada bayi kembar manusia
walaupun tujuannya baik untuk mengatasi sang bayi tertular AID, tetap saja
disalahkan dan diberkan sangsi hukum.
Walaupun demikian saya memberikan alamat Institusi/ Lembaga dan
perusahaan serta ilmuwan yang telah berhasil mengkloning hewan di beberapa
negara. Saya juga memberikan berbagai
artikel tentang kloning pada hewan, karena memang kloning pada hewan cukup
berkembang secara komersial walupun biayanya cukup mahal, terutama bagi para
pemilik hewan yang menginginkan hewan kesayangannya yang telah mati untuk
dilahirkan kembali.
Pilihan yang
berat bagi keluarga Sutomo
Sebelum
mengambil keputusan untuk menghubungi alamat laboratorium Bioteknologi yang
menyediakan jasa kloning di beberapa negara, Sutomo berkonsultasi ke beberapa
Ulama Terkenal di Indonesia mengenai kloning pada manusia. Dari konsultasi
tersebut Sutomo berkesimpulan bahwa sebagian besar dari mereka menjelaskan
bahwa alasan tidak diperbolehkan karena: 1) Proses pembuahan yang dilanjutkan
dengan pembentukan janin tidak terjadi secara alami yaitu bercampurnya
spermatozoa suami dengan sel telur istri, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan” (surat Al Hujuurat ayat 13); 2) Sianak yang akan
dilahirkan tidak mempunyai bapak kandung karena prosesnya aseksual; 3)
Keturunan si anak menjadi tidak jelas; dan 4) Tidak memiliki ibu kandung jika
menggunakan rahim wanita lain. Jika ini terjadi maka kloning bertentangn dengan
Al Quran karena secara teologis kloning manusia otomatis bertentangan dengan
aqidah yang diyakini umat islam. Namun
dalam kasus kloning keluarga Sutomo ini berbeda yaitu: 1) DNA inti sel somatik
yang akan diklon adalah jelas keturunan dan asal usulnya yaitu anak keturunan
dari Dedy sang ayah dan Dini sang ibu kandungnya; 2) sel telur yang digunakan
juga berasal dari Dini istrinya Dedy; 3) Rahim yang digunakan dalam proses
kehamilan adalah Dini sendiri sehingga jelas sebagai ibu kandungnya. Yang menjadi pertanyaan besar adalah bahwa
DNA yang akan dikloning ini berasal dari anaknya Dedy dan Dini yang telah
meninggal. Jadi jika hanya berdasarkan
asal usul keturunan dan hak waris serta tatanan kehdupan sosial masyarakat,
maka kloning Dina ini tidak ada masalah.
Oleh karena itu Sutomo menganggap kloning yang akan dilakukan pada Dina
bisa dijalankan.
Rupanya Sutomo
merenungkan hal ini berhari-hari tentang kemungkinan mengkloning cucunya yang
telah wafat, dan Sutomo yakin jika materi genetik DNA dari sel somatik Dina
dapat diperoleh dari laboratorium yang memeriksa Dina ketika sakit, bahkan
pernah beberapa kali Dina dibiopsi dan spesimen yang disimpan dalam es atau
nitrogen cair karena pada waktu itu untuk keperluan uji alternatif atau second
opinion ke lab lain. Akhirnys Sutomo
membicarakan hal ini kepada anak dan menantunya. Keadaan ini semakin menimbulkan kerinduan
Dini untuk melihat kembali Dina setelah
mengetahui bahwa sel somatik Dina dapat dikloning sehingga menjadi bayi yang
secara genetik (genotif dan fenotip)
sama dengan Dina. Setelah melalui
berbagai pertimbangan mereka sepakat untuk mencoba melakukan rencana tersebut. Mereka bertiga akhirnya berkomunikasi dengan
alamat laboratorium yang dapat melakukan hal tersebut di luar negeri. Karena ini bersifat rahasia, mereka diminta
untuk datang bertemu Tim yang menangani proses kloning, menjajagi spesimen
biologis yang tersedia, kesehatan reproduksi Dini untuk kemungkinan memperoleh
sel telurnya serta alat reproduksi jika nanti embrio tersebut ditanam dalam
rahim Dini, serta juga besaran biaya yang harus dibayar.
Akhirnya Dina
dilahirkan kembali (BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-2)
Bogor, 25
Februari 2022
Sjamsul Bahri
Cerpen Fiksi
Bagian Pertama ini telah di upload pada Face Book Sjamsul Bahri tgl 25 Februari
2022.
TAGS: | kesehatan-umum |
Berita Terkait
Leave a Comments
PDHI. or.id
-
- 1 Tahun lalu / 9852 view
DRAFT REVISI KODE ETIK DOKTER HEWAN
-
- 1 Tahun lalu / 3151 view
Dokter Hewan ber- SIP, Keren... kan !!
Berita Populer
Video Terbaru
-
Pidato Ketua Umum PBPDHI di HUT PDHI ke 69 Tahun,
Jumat, 07 Jan 2022 - Dilihat 153 Kali
Write a Facebook Comment