
- Sikap PDHI Terhadap PMK di Indonesia
- PERJALANAN PANJANG MENUNGKAP DNA SEBAGAI UNSUR KEHIDUPAN
- PIL PAHIT MENJELANG IDUL QURBAN
- CERPEN FIKSI (BAGIAN KE-2) CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
- CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
- MENCARI BERBAGAI OBAT ANTIVIRUS: SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI PANDEMI MENDATANG
- Audiensi Ketua PBPDHI Dengan Walikota Palembang
- MENGENAL AAPRP YANG MULTIGUNA: DAPATKAH MENYEMBUHKAN PENDERITA COVID-19
- Penyerahan Bantuan Telur Dari PDHI Dan Kagama Kepada Universitas Tamansiswa Palembang
- TOKOH NASIONAL DIES NATALIS UGM ke 72, FKH ke 75 dan HUT RI ke 76.



- By Admin PDHI
- 03 Mar 2022 / 259 View
CERPEN FIKSI (BAGIAN KE-2) CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
CERPEN
FIKSI (BAGIAN KE-2)
CUCU SAHABTKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
Oleh:
Sjamsul Bahri
Baca Lainnya :
- CUCU SAHABATKU LAHIR KEMBALI MELALUI KLONING
- MENCARI BERBAGAI OBAT ANTIVIRUS: SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI PANDEMI MENDATANG
- MENGENAL AAPRP YANG MULTIGUNA: DAPATKAH MENYEMBUHKAN PENDERITA COVID-19
- Penyerahan Bantuan Telur Dari PDHI Dan Kagama Kepada Universitas Tamansiswa Palembang
- PERAN IVERMECTIN DALAM PERJUANGAN MELAWAN PANDEMI COVID 19 DI INDONESIA
Alumni FKH-IPB 1978
Akhirnya Dina
dilahirkan kembali
Singkat cerita
semua persyaratan teknis untuk proses
kloning dianggap memenuhi syarat dengan tarif $120.000 sampai si bayi
lahir melalui caesar. Sutomo dan istrinya ikut menemani Dedy dan Dini Ke suatu
negara di Asia yang berpengalaman melakukan kloning dengan tingkat keberhasilan
yang cukup tinggi. Oleh karena itu pada
proses isolasi DNA dari inti sel somatik Dina di laboratorium berjalan lancar,
demikian juga dengan proses transfer DNA Dina ke dalam sel telur Dini yang
telah dikosongkan intinya berjalan lancar sampai terjadi pembelahan sel
membentuk zigot, morula dan blastula yang siap untuk ditransfer ke dalam rahim
Dini. Pada proses kloning pertama janin gagal berkembang setelah seminggu
ditanam dalam rahim Dini, sedangkan pada proses kloning yang kedua Dini
mengalami keguguran setelah janin berusia 3 bulan, diduga karena Dini masih
belum siap secara mental sehingga produksi hormon reproduksi tidak stabil.
Akhirnya proses kloning ini berhasil pada pengulangan yang ketiga kalinya dan
lahirlah bayi tersebut yang diberinama Dinda yang menurut Dini wajahnya sangat
mirip dengan wajah Dina ketika bayi, seperti yang ditunjukkan di foto Dina
ketika bayi. Atas kelahiran bayi
tersebut Sutomo dan istrinya sangat gembira, demikian juga anaknya Dedy dan
menantunya Dini. Dini merasa gembira
sejak bayi kloning tersebut tumbuh normal dalam kandungan, ia merasa memang ini
anak kandungnya bersama suaminya karena semua materi genetiknya berasal dari
mereka berdua.
Rupanya untuk
mengantisipasi kegagalan berikutnya telah disepakati antara keluarga Dedy
dengan Tim Kloning bahwa selain calon embrio tersebut ditanam dalam rahim Dini
juga ditanam pada rahim wanita lain bernama Voni yang bersedia disewa rahimnya
dengan biaya tambahan $30.000. Ternyata
bayi ini juga tumbuh dan berkembang dengan baik dan lahir dengan operasi sesar
pada hari yang sama dengan selisih waktu 30 menit dari bayi yang dikandung
Dini, sehingga Dedy dan Dini memiliki 2 bayi kloning kembar, dan diberi nama
Dindi sebagai adiknya Dinda.
Dini dan Voni ditempatkan
diruang khusus terpisah dari pasien-pasien lainnya, demikian juga bayinya
menempati tempat khusus sendiri tidak dicampur dengan bayi-bayi lainnya. Mereka berada dalam ruangan steril untuk
beberapa minggu untuk mencegah terjadinya infeksi sampai si bayi terlihat sehat
dan tumbuh normal. Mereka tinggal di ruang paviliun khusus selama 6 bulan,
terutama untuk kepentingan pemantauan dokter dan akhli yang menangani kloning
selain untuk menghindari pertemuan dengan banyak orang. Sebagaimana dengan bayi-bayi lainnya Dinda
dan Dindi juga mendapatkan perawatan program vaksinasi seutuhnya dengan
pengawasan dokter. Setelah bayi berumur 6
bulan baru mereka diperbolehkan pulang
ke Indonesia.
Dinda dan
Dindi yang sulit dibedakan tetapi sangat menyenangkan
Enambulan
setelah kelahiran Dinda dan Dindi, baru Sutomo menghubungi saya dan meminta
maaf bahwa beliau baru sempat menghubungi saya, dan menceritakan bahwa akhirnya
ia memutuskan untuk memilih kloning dengan berbagai pertimbangan, dan kini
telah mendapatkan cucunya kembali bahkan bukan cuma satu tetapi dua bayi kembar
yang diberinama Dinda dan Dindi yang berasal dari kloning sel somatik
Dina. Sutomo mengucapkan banyak
terimakasih kepada saya karena hal ini terinspirasi setelah mendengar cerita
dan penjelasan dari saya, dan tidak mungkin hal ini terjadi jika ia tidak
bertemu dengan saya. Sutomo terdengar
sangat gembira dalam pembicaraan tersebut dengan lahirnya Dinda dan Dindi
cucunya. Tetapi diakhir pembicaraannya dia masih cemas apakah tindakan beliau
ini salah dimata Allah Swt karena proses reproduksi dan kelahiran cucunya tidak
terjadi secara alami. Sutomo juga
meminta kepada saya agar saya tidak menyebarluaskan kelahiran bayi kloning
cucunya ini, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sutomo juga
menceritakan bahwa untuk menghindari berita-berita yang kurang enak didengar,
maka Dedy dan Dini yang sejak 19 bulan yang lalu telah berada di luar negeri,
tidak kembali kerumahnya tetapi mereka kembali tinggal dirumah Sutomo. Tetangga Dedy hanya tau kalau Dini sedang
melakukan proses bayi tabung di luar negeri. Oleh karena itu semua orang hanya
tau bahwa kedua bayi kembar itu adalah hasil dari program bayi tabung. Beberapa
tetangga dekat Sutomo yang sempat menengok cucunya Sutomo selalu mengatakan
bahwa Dinda dan Dindi sangat mirip dan susah dibedakan, demikian juga dengan
suara tangisannya.
Pada saat Dinda
dan Dindi berusia 3 tahun dan tampak pertumbuhan dan kesehatannya normal,
barulah Dedy pindah kembali kerumahnya.
Ketika beberapa tetangga dekat Dedy berkunjung untuk menengok si bayi
kembar, semuanya mengatakan sangat mirip baik wajah maupun suara bicaranya. Bahkan tetangga lama yang sudah mengenal Dina
sejak kecil mengatakan bahwa Dinda dan Dindi sangat mirip dengan Dina ketika
berumur 3 tahun. Kebetulan dirumah Dedy
masih terpasang foto Dina ketika berumur 3 tahun maupun yang berumur 4 tahun.
Dedy, Dini,
Sutomo dan istrinya semakin gembira karena setelah semakin besar Dinda dan
Dindi tampak semakin mirip persis dengan Dina, mereka dapat membandingkannya
dengan foto-foto Dina yang masih tersimpan rapi. Dindapun tumbuh sehat dan ketika pada usia 5
tahun dan bicaranya sudah semakin lancar, dia mengatakan kok foto-foto Dinda
ada di tempat yang dia merasa belum pernah kesana, apalagi ketika ia melihat
foto Dina yang telah berumur 7 dan 8 tahun, ia bertanya kok Dinda sudah besar. Ketika Dinda berumur 8 tahun akhirnya
orangtuanya menjelaskan bahwa itu Foto Dina kakaknya Dinda dan Dindi yang telah
wafat ketika berumur 9 tahun.
Ketika Dinda dan
Dindi berumur 6 tahun, Dedy memasukkan mereka ke sekolah Dasar ditempat Dina
dulu bersekolah. Karuan saja para guru
yang sebagian besar pernah mengajar Dina pada terkesima dan kaget ketika
melihat Dinda dan Dindi, mereka merasa seakan-akan Dina hidup kembali dan kini
dengan saudara kembarnya. Hal demikian
menjadi pembicaraan utama diantara para guru yang mengenal Dina. Namun para murid sekolah hanya kagum akan
kemiripan Dinda dan Dindi, tetapi mereka tidak mengenal Dina karena masa
sekolahnya berbeda. Namun salah seorang teman Dina yang saat ini telah duduk
dibangku SMA dan kebetulan datang kesekolah dasar tersebut (karena orangtuanya
seorang guru di SD tersebut) kaget ketika bertemu dengan Dinda dan Dindi, ia
merasa itu Dina yang dulu temannya, sampai cukup lama ia terperangah ketika
diajak bicara suaranya juga persis sama, demikian juga senyumnya, tertawanya
semuanya sama persis dengan suara, senyum dan tertawa Dina. Semua orang, baik saudara, sanak famili,
sahabat dan teman-temannya Sutomo, maupun temannya Dedy dan Dini selalu
berkomentar bahwa Dinda dan Dindi sebagai titisan Dina yang hidup kembali
karena kemiripannya yang nyaris sempurna.
Ketika mereka
memasuki usia 13 tahun dan melanjutkan ketingkat SMP atau kelas VII, rupanya
Dinda dan Dindi mempunyai sifat periang dan banyak berkelakar/ bergurau dan
suka berbuat iseng. Banyak cerita lucu
atas kejadian yang mereka alami, hal ini berkaitan dengan kesulitan orang lain
untuk membedakan mana yang Dinda dan mana Dindi karena mereka cenderung selalu
ingin menggunakan pakaian yang sama, model rambut yang juga sama, sehingga jika
salah satu dari mereka pergi atau bermain dengan teman-temannya, mereka
bersepakat untuk bercerita kesaudaranya tentang apa saja yang mereka lakukan
atau kerjakan. Sehingga ketika ada tugas
atau pekerjaan yang harus dilakukan oleh salah satu saudaranya mereka dapat
bergantian berperan sebagai yang terlibat.
Demikian juga jika ada kebutuhan pas foto untuk Dinda namun karena Dinda
tidak bawa, dia bisa minta tolong kepada Dindi untuk meminjamkan fotonya jika
kebetulan Dindi membawa pas fotonya.
Demikian juga ketika perlombaan olah raga perorangan antar sekolah, maka
jika Dindi yang lebih trampil, dia yang akan tampil walaupun yang tercatat
adalah Dinda, dia mengaku saja sebagai Dinda.
Itu adalah beberapa cerita lucu yang mereka lakukan secara iseng saja.
Pernah ada
kejuaraan maraton dalam rangka 17 Agustusan, Dinda dan Dindi kembali berulah
dengan mengerjai panitia bahwa dengan menggunakan HP dan berbaju olah raga yang
sama, sepatu sama dan model rambut sama, mereka bersepakat bahwa distart awal
Dinda yang beraksi, kemudian ditengah perjalanan Dinda menghilang, dan muncul
Dindi di posisi sepertiga bagian mencapai Finis, sehingga akhirnya Dinda
dianggap sebagai yang tercepat karena finis pertama. Namun ketika ingin diberi hadiah mereka
menceritakan kepada panitia hal tersebut sehingga semua orang menjadi tertawa
dan hadiah diberikan kepada yang juara kedua.
Cerita ini hanya sebagian cerita lucu memanfaatkan kesulitan orang lain
untuk membedakan keduanya. Memang mereka
mempunyai sifat bergurau yang tidak serius hanya untuk lucu-lucuan saja,
sehingga banyak teman-temannya menyenangi mereka berdua.
Namun karena
para guru mereka merasa kesulitan untuk membedakannya, maka kepala sekolah
meminta kepada orangtua Dinda dan Dindi untuk membedakan model rambut mereka
sehingga para guru tidak salah jika menugaskan mereka. Demikian juga dengan teman temannya. Ternyata
memiliki murid kembar yang sangat mirip jadi merepotkan sekolah juga ya. Bagaimana jika mereka telah dewasa dan mempunyai
pacar, waduh bisa-bisa sang pacar salah orang.
Sutomo dan putra
tunggalnya Dedy merasa bahagia sekali karena mereka masih mempunyai harapan
untuk memperpanjang keturunan generasinya sehingga mempunyai rencana kelak
ketika Dinda telah dewasa dan menikah, In Sya Allah akan memperoleh keturunan
dari cicitnya Sutomo atau cucunya Dedy.
Hal ini sudah terbayang dibenak mereka. Pemikiran mereka didasarkan
kepada cerita yang mereka baca tentang domba kloning Dolly yang berhasil
mempunyai anak dari perkawinan normal dengan domba jantan normal, bahkan sampai
tiga kali melahirkan.
Protes saya
kepada Sutomo
Setelah Sutomo
menceritakan keberhasilan kloning dari inti sel somatik Dina, saya
mempertanyakan tentang keputusan Sutomo melakkukan kloning karena saya sudah
katakan bahwa hal tersebut tidak dibenarkan baik secara etika di dunia
kedokteran maupun secara agama islam.
Sutomo menjawab dengan didahului permintaan maaf kepada saya, bahwa
Sutomo sekeluarga telah banyak berkonsultasi dengan berbagai ulama dan ilmuwan
islam tentang kloning pada manusia, namun sebagian besar dari mereka
menjelaskan bahwa alasan tidak diperbolehkan karena: 1) Proses pembuahan dan
pembentukan janin tidak terjadi secara alami bercampurnya spermatozoa suami
dengan sel telur istri; 2) Sianak yang akan dilahirkan tidak mempunyai bapak
kandung karena prosesnya aseksual; 3) Keturunan si anak menjadi tidak jelas;
dan 4) Tidak memiliki ibu kandung jika menggunakan rahim wanita lain. Jika ini
terjadi maka kloning bertentangn dengan Al Quran karena secara teologis kloning
manusia otomatis bertentangan dengan aqidah yang diyakini umat islam.
Sedangkan
kloning yang dilakukan keluarga Sutomo menggunakan inti sel somatik dari Dina
anaknya Dedy Sutomo yang jelas asal usulnya , keturunan Dedy dan Dini
istrinya. Demikian juga dengan
pertumbuhan janin selama kehamilan ada dalam rahim Dini istrinya Dedy dan
ibunya Dina. Sedangkan dalam proses
kloning ini yang menumbuhkembangkan janin dari inti sel somatik Dina (yang
pernah ada) ke dalam sel telur Dini ibunya, jadi bukan merupakan suatu
penciptaan baru. Garis keturunan si anak
juga jelas. Selain itu teknologi kloning
tidak memasuki wilayah kekuasaan tuhan, dan tentunya tanpa seizin Allah SWT
tidak mungkin kloning akan berhasil.
Pertimbangan itulah salah satunya yang dijadikan alasan Sutomo melakukan
kloning.
Kecemasan
saya yang merasa ikut berdosa atas kloning yang dilakukan keluarga Sutomo
Jika keluarga
Sutomo sangat bergembira, namun tidak demikian dengan saya. Saya masih merasa berdosa atas keputusan
Sutomo mengikuti program bayi kloning akibat terinspirasi dari cerita saya,
seolah-olah bahwa saya berperanan besar dalam menganjurkan kloning
tersebut. Padahal menurut ketentuan
agama islam bahwa mengkloning manusia adalah dosa apalagi kloning cucunya
Sutomo ini berasal dari sel somatik dari orang yang telah meninggal. Jadi pemikiran sederhana orang awam bahwa
upaya ini sama saja dengan menghidupkan kembali orang yang telah meninggal,
sehingga dekat dengan menentang kekuasaannya Tuhan. Pemikiran seperti ini seringkali muncul dalam
benak saya sehingga membuat tingkat kecemasan saya memuncak.
Ditengah-tengah
jiwa saya yang galau ini, saya melihat Sutomo menemui saya dengan membawa kedua
cucunya Dinda dan Dindi yang memang sangat mirip dan cantik. Saya menjadi terperangah dengan menyaksikan
cucu kembar Sutomo yang sangat mirip.
Kedua gadis remaja tersebut seolah-olah memandang saya dengan sinis dan
menyalahkan saya sebagai penyebab mereka kembali kedunia padahal mereka sudah
merasa nyaman di alam barzah yang damai.
Hal ini menambah kegelisahan dan kecemasan saya yang semakin merasa
berdosa ikut andil melahirkan Dinda dan Dindi kembali ...dan...akhirnya saya
berteriak secara histeris.........dengan napas yang terengah-engah....saya
dibangunkan istri saya.....yang bertanya mimpi apa Pah....... Sayapun lompat
dari tempat tidur ....dan mengucapkan Astagfirullahaladzim......dan ditangan
saya masih tergenggam handphoe dengan konten dilayarnya bertuliskan “Kloning
Pada Manusia....Tinggal Menunggu Waktu Saja”.
Ohhh rupanya cerita diartikel ini yang telah membawa saya mimpi
berkepanjangan.......
Bogor, 27
Februari 2022
Sjamsul Bahri
TAGS: | kesehatan-umum |
Berita Terkait
Leave a Comments
PDHI. or.id
-
- 1 Tahun lalu / 9852 view
DRAFT REVISI KODE ETIK DOKTER HEWAN
-
- 1 Tahun lalu / 3151 view
Dokter Hewan ber- SIP, Keren... kan !!
Berita Populer
Video Terbaru
-
Pidato Ketua Umum PBPDHI di HUT PDHI ke 69 Tahun,
Jumat, 07 Jan 2022 - Dilihat 153 Kali
Write a Facebook Comment